Monday 17 May 2010

HARI Buku Nasional



Memperingati HARI Buku Nasional

By: Muhammad Zaini

HARI buku nasional yang diperingati pada tanggal 17 Mei 2010, setidaknya dijadikan momentum untuk membangkitkan kesadaran dan komitmen agar manjadikan buku sebagai menu prioritas dalam peningakatan kualitas dan aktualisasi diri.

Kita bisa melihat negara-negara maju di dunia, seperti Jepang, Amerika, Korea dan lainnya, sejerah kemajuan mereka berawal dari cinta buku dan ketekunan membaca. Mereka tidak pernah puas dengan kemajuan yang telah diraih, sehingga mendorong mereka untuk selalu membaca dan menggali banyak ilmu dan pengalaman.

Embrio kemajuan apapun adalah bersumber dari kegemaran membaca. Bangsa yang mampu menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sama sekali tidak lepas dari kebiasaan dan budaya membaca. Kini, sudah tidak ada lagi sekat orang bodoh dan pandai, tetapi yang ada adalah orang yang cepat mengakses informasi melalui membaca, dan orang yang lambat mengakses informasi dengan indikasi rendahnya minat baca.

Kenyataan dapat dibuktikan bahwa buku sesungguhnya dapat menjadi kunci perubahan, baik perubahan diri, karakter maupun secara makro perubahan dunia. Inilah sebabnya buku sering disebut sebagai jendela peradaban dan perubahan. Karena dari bukulah peradaban dapat bergerak maju dan dinamis, dan dari buku pula entitas peradaban menjadi redup ketika buku tidak lagi menjadi menu prioritas, dan bahkan diabaikan begitu saja.

Awal kemajuan bangsa, terutama bagi negara industri maju, ternyata mereka memiliki rata-rata membaca selama delapan jam per hari, sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya dua jam setiap hari (UNESCO, 2005). Padahal bila kita kembali pada Al-Quran, yang nota bene pedoman hidup umat Islam, ayat al-Quran yang pertama kali turun sudah berupa perintah membaca (iqra).

Karena itu, mambaca adalah bagian dari sunnatullah untuk meraih kamajuan. Membaca harus menjadi modal dan gerbang utama dalam pendidikan untuk menguasai informasi. Dengan memahami ayat-ayat Allah, baik yang qauliyah (Alquran dan Hadis) maupun kauniyah berupa alam semesta beserta segenap isinya, sebisa mungkin dapat manjadi pesan moral untuk mebangkitkan gairah membaca.

Buku yang merupakan sarana terpenting suatu bangsa sebagai media untuk menyerap informasi terutama bagi proses pendidikan mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi (PT) saat ini dinilai kurang menumbuhkembangkan minat untuk membacanya.

Kurangnya minat baca dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia saat ini yang baru sekitar 0,001, artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Angka ini masih sangat jauh dibandingkan dengan angka minat baca di Singapura.

Indeks membaca di negara itu mencapai 0,45. Selain itu berdasarkan survei UNESCO, budaya baca masyarakat Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara dan merupakan yang paling rendah di kawasan ASEAN. Semoga HARI buku nasional 2010 mampu menggugah kesadaran untuk menjadikan buku dan budaya baca sebagai agen perubahan dan kamajuan.

2 komentar:

Anonymous said...

memang kita harus belajar rendah hati untuk banyak belajar dari buku dan karya orang lain

edyp said...

ayo pak kita bikin buku elektronik