Empat Pilar Pribadi Utama
Muhammad Zaini
Laju kemajuan zaman kehadirannya tidak
bisa terbendung. Perubahan terjadi setiap detik berpacu dengan garis edar waktu.
Hal ini juga menuntut manusia untuk berpikir dan mengambil tindakan cepat atas
segala ikhtiyar yang dilakukannya. Sukses dan gagal sangat ditentukan oleh
kecepatan berpikir dan kesediaan diri untuk mengambil resiko. Memilih sukses
berarti mananggung banyak variable resiko yang sangat tinggi. Sedangkan memilih
gagal adalah berbanding lurus dengan resiko-resiko kecil yang hidupnya lebih
nyaman, linier dan tidak ada tantangan.
Hidup di era globalisasi adalah sarat dengan resiko tinggi,
karena harus berpikir dan bertindak cepat. Beberapa ciri khas globalisasi yang
tidak bisa ditolak yaitu, pertama, perubahan yang begitu cepat dalam
ruang dan waktu. Kedua, kesalingtergantungan satu negara dengan negara
yang lain dalam gelombang globalisasi. Ketiga, interaksi dan penetrasi antar
budaya melalui media masa dan dunia virtual yang semakin meningkat. Ketiga ciri
khas tersebut menjadi suguhan utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak ada
alasan apapun untuk menolak kehadirannya, kecuali mengambil peran mempersiapkan
diri memiliki wawasan dan pengetahuan luas, sehingga dapat berproses menjadi
pemeran utama di tengah kehidupan yang penuh kompetitif, baik dalam persaingan
pasar bebas maupun dalam dunia pendidikan.
Tatanan global sungguh telah menjadi penopang utama bagi
kamajuan peradaban dunia yang ditandai dengan perkembangan teknologi
komunikasi, transportasi, dan informasi. Jika generasi sekarang ini tidak mampu
menjadi pemeran utama pada setiap lini ranah global, maka mereka akan
kehilangan keseimbangan kekuatan (balance of power) dalam meraih prestasi-prestasi
unggul yang kompetitif (competitive advantage), yaitu kecenderungan pada
sesuatu yang bersifat instan mekanistik, dan efisien tanpa menghargai
nilai-nilai dan norma yang dianggap tidak efisien dan instan. Sebaliknya, jika
nilai-nilai dan norma tidak diimbangi dengan kesadaran dan semangat hidup berkemajuan,
maka ia akan stagnan dan tidak memiliki akar kuat yang menghujam yang bisa
memberikan pancaran agen perubahan (agent of change) bagi kehidupun
masyarakat di masa depan.
Dalam dunia global bisa jadi mereka hanya melihat kemajuan dari
satu arah tanpa melihat arah lainnya yaitu, sebuah upaya menyeimbangi dengan
nilai-nilai dan norma Islam. Nilai-nilai
tersebut bisa kita temukan dari sifat-sifat Nabi yang kini dikembangkan menjadi
prophetic leadership (baca: Ensiklopeida Prolm Prophetic Leadership
& Management Wisdom) oleh Muhammad Syafii Antonio, yang sesungguhnya
juga sejalan dengan karakteristik globalisasi.
Pertama, sifat shiddiq (personal excellence).
Dalam sifat ini sebenarnya terdapat banyak variable karakter yang
menjadi keteladanan Nabi yang secara prinsip juga dibutuhkan oleh generasi yang
hidup di era global, yaitu kejujuran (honest), berpikir damai (peace
mind), kesabaran (patience), konsisten (istiqomah).
Kedua,
sifat amanah (inter-personal capital). Membangun networking dapat
terjalin jika antar pribadi di dalam suatu komunitas memiliki keunggulan atau
modal interaksi antar personal (inter-personal capital) yang baik. Di
sini adalah terlihat dengan sempurna karakter amanah, yang hanya akan muncul
dan tampak pada saat proses interaksi-interaksi dengan orang lain. Unsur-unsur
pembentuk amanah meliputi antara lain; memenuhi janji (fulfilling commitment),
tahan uji (reliability), keterbukaan (tranparency), kemandirian
(independency), bertanggungjawab (accountability), dan lain-lain.
Ketiga,
fathanah. Sifat ini adalah sebuah kecerdasaan yang dimiliki oleh Nabi yang
tidak saja dalam ranah kognitif, tetapi muncul dalam berbagai bentuk. Antara
lain, berwawasan luas (knowledgeable), berorientasi belajar (learning
oriented), fokus pada kualitas (quality focus), strategis dan
bijaksana (strategic and tactful), kesadaran waktu (time
consciousness), evaluasi dan perbaikan/kemajuan yang berkesinambungan (evaluation
and continuous improvement). Sifat fathanah dengan ragam bentuk yang muncul
dari sosok seorang Nabi jika diteladani akan melahirkan manusia yang
profesional dan memiliki kompetensi teknis yang tinggi. Keunggulan ini sangat
berguna bagi kehidupan manusia di era global.
Keempat,
tabligh. Sifat ini adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh Nabi dalam bentuk
mengomunikasikan sesuatu dengan efektif. Sebagai direvasi dari sifat tabligh
adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik yang diwujudkan dalam bentuk
nilai-nilai antara lain; missi bersama (shared mission), terdepan dalam
teladan (leading example), memotivasi dan memberi isnpirasi (motivating
and inspiring), peduli dan rasa kasih sayang (care and compassionate).
Dalam tugas-tugas tabligh, beliau adalah sosok yang sangat dikenal sebagai
seorang komunikator yang baik, sehingga mudah diterima oleh semua kalangan
manapun.
Dalam era globalisasi sifat tabligh dapat diaktualisasi
dalam bentuk good communication yang sekaligus harus bersanding dengan
sifat amanah yang tidak saja menempa menjadi orang yang bertanggungjawab, lebih
dari itu sifat amanah harus termanifestasi dalam bentuk ketahanan uji dan
kemandirian. Begitu juga sifat shiddiq, tidak dapat dimaknai tunggal secara
literal sekadar kejujuran, tetapi ia menuntut seseorang memiliki mindset
yang berkemajuan dan open mind, sehingga mampu berpikir jernih, damai
dan berjiwa sabar atas segala kompleksitas kehidupan di era global. Sedangkan fathanah
adalah prasyarat penting dalam kehidupan global yang memerlukan kompetensi
teknis dan profesionalisme tinggi yang harus dijaga terus menerus secara
berkesinambungan.
Karena itu, empat sifat Nabi di atas seharusnya menjadi
pilar yang terinternalisasi sebagai sistem nilai dalam kehidupan agar tidak
terbawa arus dinamika globalisasi yang cenderung bebas nilai. Lebih jauh, empat
pilar sifat Nabi tersebut menjadi tawaran prinsip etika atas sistem nilai bagi
tumbuh kembangnya peradaban utama di tengah pusaran globalisasi. Inilah
seperangkat nilai yang perlu dipahami oleh para guru, pendidik, pelajar,
stakeholder pendidikan agar melahirkan kesadaran global yang dijiwai oleh seperangkat
nilai-nilai profetik.